Laporan Praktikum Kimia Organik 1 - Percobaan 8
VII. Data Pengamatan
7.1 Kromatografi Lapis Tipis
No
|
Sampel
|
Jarak
Noda(cm) |
Jarak
Eluen (cm) |
Rf
|
1.
|
Buah naga
|
3,9
|
4,8
|
0,8125
|
2.
|
Bayam
|
0,3
|
4,8
|
0,025
|
3.
|
Nanas
|
3,8
|
4,8
|
0,79166
|
4.
|
Bunga kertas
|
2,5
|
4,8
|
0,520
|
5.
|
Semangka
|
3,7
|
4,5
|
0,8222
|
6.
|
Wortel
|
3,9
|
4,5
|
0,8666
|
7.
|
Pepaya
|
3,8
|
4,5
|
0,8444
|
8.
|
Kentang
|
0
|
4,5
|
0
|
9.
|
Tomat
|
4,1
|
4,7
|
0,8723
|
10.
|
Bunga sepatu
|
4,0
|
4,7
|
0,8510
|
7.2 Kromatografi Kolom
No.
|
Sampel
|
Banyak botol
|
Warna
|
Hasil TLC
|
1
|
Buah naga
|
6 botol
|
Bening semua
|
Tidak ada noda ang
bergerak
|
2
|
Bayam
|
4 botol
|
1 (bening)
2 (Hijau) 3 (hijau pudar ) 4 (bening)
|
Noda tidak ada yang
bergerak tetapi tapi noda 1,2,3 terlihat berwarna kekuningan pada garis bawah
plat.
|
3
|
Nanas
|
3 botol
|
1 (bening) 2 (kuning
keruh ) 3 (bening)
|
Noda tidak tampak dan
tidak bergerak
|
4
|
Bunga kertas
|
5 botol
|
1 ( bening ) 2 (
terdapat seperti minak ) 3 ( agak keruh ) 4 dan 5 ( bening )
|
Noda tidak tampak dan
tidak bergerak
|
5
|
Semangka
|
3 botol
|
1 (bening) 2 ( keruh
) 3 (bening)
|
Noda tidak tampak dan
tidak bergerak
|
6
|
wortel
|
3 botol
|
1 (bening) 2 ( kuning
cerah ) 3 (bening)
|
Noda 1dan 3 tampak
berwarna krim pada garis bawah tapi tidak bergerak
|
7
|
pepaya
|
4 botol
|
1 (bening) 2 (
kekuningan ) 3 dan 4 (bening)
|
Noda satu tak terjadi
apa2. Noda 2 dan 4 tampak noda krim pada garis bawah dan pada noda 3 bergerak
naik dengan warna krim
|
8
|
Kentang
|
4 botol
|
1 (bening) 2 ( kuning
keruh ) 3 dan 4 (bening)
|
Noda tidak tampak dan
tidak bergerak
|
9
|
Tomat
|
3 botol
|
1 (bening) 2 (
kemerahan) 3 (bening)
|
Pada noda ketiga
berwarna abu2 dan bergrak naik ke atas
|
10
|
Bunga sepatu
|
4 botol
|
1 (bening) 2 dan 3(
keruh ) 4 ( keruh pudar )
|
Noda tidak tampak dan
tidak bergerak
|
VIII. Pembahasan
Dalam teknik kromatografi, campuran senyawa dapat
dipisahkan menjadi komponennya berdasarkan pendistribusian zat antara dua fase,
yaitu faase diam (stasioner) dan fase gerak (mobile). Azas penting dari
kromatografi adalah bahwa senyawa yang berbeda mempunyai koefisien distribusi
yang berbeda diantara kedua fase yang disebut tadi. Senyawa yang berinteraksi
lemah dengan fase diam akan lebih lama tinggal dalam fase gerak dan bergerak
cepat dalam sistem kromatografi.
Teknik pemisahan kromatografi ini didasarkan pada
prinsip yang mana komponen penyusun suatu zat dapat terpisah yang disebabkan
oleh perbedaan afinitas atau gaya adesi yang dimiliki masing-masing komponen
terhadap fase yang terlibat, yakni fase gerak dan fase diam. Gaya adesi dari
komponen zat yang akan dipisahkan ini ditentukan dari kemampuannya untuk
diserap oleh fase diam dan daya larutnya terhadap fase gerak yang dipakai.
Apabila analit yang dipakai memiliki daya serap yang lemah terhadap fase
diamnya dan kelareutan yang tinggi terhadap fase geraknya makan waktu yang
dibutuhkan lebih singkat dibandingkan dengan keadaan sebaliknya (http://syamsurizal.staff.unja.ac.id/2019/04/10/325teknik-pemisahan-dengan-khromatografi/).
Dalam percobaan kaliini, akan dilakukan teknik
pemisahan kromatografi. Kromatografi yang akan diuji cobakan ada dua jenis yaitu
kromatografi lapis ti[is atau TLC dan juga kromatografi kolom.adapun bahan yang
dipakai pada percobaan kali ini adalah buah naga, bayam, nans, bunga kertas,
semangka, woetel, papaya, kentang, tomat dan yang terakhir adalah ekstrak bunga
sepatu. Pada dasarnya sampel yang diuji merupakan ekstrak dari semua bahan
tersebut.
8.1
Kromatografi Lapis Tipis (TLC)
Pada percobaan ini dilakukan prosedur yang telah
didemonstrasikan oleh dosen pembimbing. Langkah pertama yang dilakukan dalam
kromatografi jenis ini ialah penyiapan pelat. Pada langkah ini meliputi
pemotongan plat yang akan digunakan dengan bentuk persegi panjang, dimana
panjangnya ialah 5 cm dan lebarnya 3 cm. kemudian digaris horizontal batas
bawah dan batas atas menggunakan pensil dengan jarak dari atas dan bawah
masing-masing ialah 0,5 cm. Adapun plat yang disediakan dengan ukuran tersebut
ialah sebanyak 3 buah. Kemudian setelah itu disiapkan larutan yang merupakan
campuran dari methanol, etil asetat, benzene dan juga kloroform. Larutan ini
digunakan untuk mencuci pipa kapiler, yang mana pipa kapiler ini akan digunakan
untuk menotolkan sampel pada plat. Seharusnya untuk membersihkan pipa kapiler
hanya digunakan methanol, namun karena ada kesalahpahaman dari praktikan dalam
penyiapan bahan, maka atas dasar persetujuan dosen pembimbing, campuran
tersebut juga dapat digunakan untuk membersihkan pipa kapiler.
Langkah selanjutnya ialah membuat larutan
pengembang. Larutan pengembang ini terdiri atas n heksana dan etil asetat
dengan perbandingan 2:1 atau jumlah yang kami pakai ialah 2 ml dan 1 ml.
kemudian larutan pengembang tersebut dimasukkan kedalam gelas chamber. Agar
tidak menguap, gelas tersebiut sementara ditutup. Setelah itu kedalam plat yang
telah disediakan tadi, ditotolkan sampel yang akan diuji atau dipisahkan.
Setiap plat hanya ditotolkan 4 jenis sampel. Untuk plat yang pertama, sampel
yang akan diuji ialah buah naga, bayam, nanas dan bunga kertas. Sampel
ditotolkan tepat diatas garis batas bawah dan diukur jarak agar tidak terlalu
dekat. Kemudian plat dimasukkan kedalam gelas chamber untuk beberapa saat
sampai noda tidak bergerak lagi. Kemudian untuk melihat jarak yang ditempuh
noda sampel, dibantu dengan sinar uv. Adapaun jarak yang ditempuh oleh
masing-masing sampel ialah sebagai berikut: (1) buah naga sejauh 3,9 cm, (2)
bayam sejauh 0,3 cm, (3) nanas sejauh 3,8 cm, (4) bunga kertas sejauh 2,5 cm.
Adapun jarak garis depan pelarut ialah 4,8 cm.
Langkah diatas dilakukan kembali untuk sampel
berikutnya yaitu pada plat kedua ada semangka, wortel, papaya dan kentang. Plat
terakhir diisi oleh tomat dan bunga sepatu. Untuk plat kedua, jarak garis depan
pelarut yaitu 4,5 cm, dimana jarak noda sampel semangka yaitu 3,7 cm, noda
wortel yaitu 3,9 cm, noda papaya yaitu 3,8 cm dan noda kentang yaitu 0cm atau
tidak bergerak sama sekali. Pada plat ketiga, jarak garis depan pelarut ialah
4,7 cm, dimana jarak noda tomat dan bunga sepatu masing-masing sejauh 4,1 cm
dan 4 cm. setelah didapat jarak noda sampel dan jarak garis depan pelarut, maka
dilakukan perhitungan untuki menentukan nilai Rf. Rf merupakan kepanjangan dari
retardation factor yang akan dihitung
dan dibandingkan nilainya untuk setiap sampel guna mengidentifikasi senyawa.
Nilai Rf ini juga didefenisikan sebagai ukuran kecepatan migrasi suatu komponen
pada teknik pemisahan kromatografi.
8.2
Kromatografi Kolom
Pada kromatografi kolom ini juga dilakukan percobaan
sesuai prosedur yang telah didemonstrasikan oleh dosen. Langkah pertama yang
dilakukan ialah menyiapkan kolom yang akan dipakai. Pada percobaan ini
seharusnya digunakan kolom sebanyak 10 buah sesuai dengan jumlah dari sampel
uji. Namun karena ketidaktersediaan alat kolom ini, maka kami berimprovisasi
dengan menggunakan pipet tetes sebagai alternatif. Langkah pertama yaitu kolomyang
telah disiapkan dipastikan agar bersih dan tidak ada kotoran didalamnya.
Kemudian dimasukkan kapas sebagai penyumbat dibagian bawah kolom. Kapas yang
digunakan juga harus dalam keadaan bersih. Untuk membersihkan kapas dan kolom
ini, digunakan n-heksana.
Kemudian disiapkan bahan yang akan dimasukkan
kedalam kolom, yaitu silica gel yang telah dilarutkan dalam n-heksana didalam
gelas kimia. Pelarutan ini sebenarnya disebut dengan impreknasi yaitu
menjeratkan ekstrak sampel kedalam pori silica gel. Setelah itu barulah dituang
kedalam kolom sampai tingginya mencapai setengah tinggi kolom tersebut serta
dipadatkan dengan mengetuk-ngetuk kolom. Langkah selanjutnya ialah penyiapan
bahan yang akan dipisahkan yaitu dengan memasukkan sampel ke dalam cawan petri
yang kemudian ditambahkan silica gel masing-masing 1 sudip. Kedua bahan
tersebut diaduk sampai mongering ataupun terjadi perubahan warna pada silica
gel. Setelah itu, sampel yang telah mengering tadi dimasukkan kedalam kolom dan
diratakan permukaannya hingga mencapai tinggi kurang lebih 0,3-0,5 cm.
Sampel yang telah diuji melalui kromatografi kolom,
hasilnya akan kembali diuji dengan kromatografi lapis tipis pada minggu
berikutnya. Sehingga hasil yang didapatkan pada kromatografi kolom titampung
dalam botol vial lalu ditutup dengan alumunium foil yang telah dilubangi. Hal
ini dilakukan karena waktu yang terbatas dan juga seharusnya hasil yang
diperoleh dari kromatografi kolom dimasukkan dalam rotary evaporator, namun
karena tidak adanya alat tersebut, kami menguapkannya secara manual. Namun
ketika minggu depan ingij dilakukan TLC, hasil yang telah disimpan menguap
semua tanpa tersisa sedikitpun. Oleh karena itu proses TLC kami lakukan dengan
menambahkan pelarut pada wadah hasil tadi. Berikut hasil yang kami peroleh pada
percobaan kromatografi kolom ini:
1.
Buah Naga
Pada kromatografi kolom, dipakai pelarut
yaitu n-heksana dan etil asetat dengan perbandingan 8:1. Hasilnya sampel
didalam kolom tidak turun dan dihasilkan pelarut dalam botol yang ditampung
sebanyak 2 botol. Kemudian ditambahkan lagi pelarut yang sama dengan
perbandingan 16:2 dan sampel hanya turun sedikit serta diperoleh hasil sebanyak
1 botol. Kemudian ditambahkan lagi pelarut yang sama dan hasilnya sampel hanya
turun sedikit dan hasil yang ditampung sebanyak 1 botol. Terakhir ditambahkan
pelarut dengan perbandingan 15:5, sampel hanya turun sedikit dan hasil yang
ditampung sebanyak 1 botol
Pada proses TLC, karena hasil dalam botol
telah menguap semua, jadi kami langsung memasukkan pelarut methanol sebanyak 1
tetes. Pada TLC ini, ditotolkan sampel atau ekstrak buah yang alami, kemudian
tiap botol hasil kolom ditotolkan. Pelarut yang dipakai dalam gelas chamber
ialah n-heksana dan etil asetat dengan perbandingan 3:2. HAsil yang didapat
ialah noda yang bergerak hanya Crud atau sampel alami tadi.
2.
Bayam
Pada kromatografi kolom, pelarut yang
dipakai ialah n-heksana dan etil asetatdengan perbandingan 5:10. Padas bayam
ini, sampel dalam kolom dapat turun. Hasil yang ditampung sebanyak 5 botol.
Hasil pada botol pertama warnanya bening, botol dua hijau pekat, botol tiga
hijau pudar dan botol 4&5 hasilnya bening.
Pada TLC, proses yang kami lakukan sama
dengan sampel buah naga dengan pelarut n-heksana dan etil asetat dengtan
perbandingan 3:2. HAsil yang diperoleh ialah tidak ada noda yang bergerak atau
semua noda yang ditotolkan masih terdapat diatas garis. Namun pada totolan
botol 1,2 dan 3 warnanya berubah menjadi cream.
3.
Nanas
Pada kromatografi kolom, dipakai pelarut
kloroform dan methanol engan perbandingan 3:1. Pada percobaan ini, sampel
memang turun namun tidak sempurna karena silica gel dalam kolom pecah. Hasil
yang diperoleh sebanyak 3 botol. Hasil pada botol pertama berwarna bening,
botol kedua berwarna keruh atau kekuningan dan botol ketiga berwarna bening.
Pada TLC, perlakuannya sama dengan sampel
sebelumnya dengan pelarut kloroform dan methanol dengan perbandingan 2:1 dan
diperoleh hasil bahwa tidak ada noda yang bergerak dan tidak ada yang berubah
warna.
4.
Bunga kertas
Pada kromatografi kolom dipakai pelarut kloroform
murni 100% sebanyak 5 ml. Hasil yang diperoleh sebanyak 5 botol. Hasil pada
botol pertama berwarna bening, pada botol kedua berwarna bening berminyak, pada
botol ketiga berwarna agak keruh, pada botol keempat dan kelima berwarna
bening. Pada silica, terdapat warna hijau yang mana apabila ditambahkan
pelarur, warnanya semakin menghilang.
Pada TLC, dilakukan prosedur yang sama
seperti sebelumnya dan diperoleh hasil bahwa crud bergerak namun noda sampel
tidak ada yang bergerak dengan warna cream.
5.
Semangka
Pada kolom, dipaki pelarut n-heksana dan
etil asetat dengan perbandingan 3:2. Hasil yang kami peroleh sebanyak 3 botol,
dimana pada botol pertama berwarna bening dan sampel pada kolomk mulai turun.
Pada botol kedua berwarna kuning pudar dan yang terakhir berwarna bening.
Pada TLC, dipakai pelarut yakni n-heksana
dan etil asetat dengan perbandingan 3:2. Hasil yang diperoleh yaitu crud
bergerak sampai ujung plat seperti bulatan berwarna kuning dan noda sampel
tidak ada yang bergerak.
6.
Wortel
Pada kolom, dipakai pelarut n-heksana dan
etil asetat dengan perbandingan 3:2. Hasil yang diperoleh sebanyak 3 botol
dimana pada botol pertama berwarna bening, pada botol kedua berwarna
kuningcerah dan pada botol ketiga berwarna bening.
Pada TLC, pelarut yang dipakai dalam gelas
Chamber ialah n-heksana dan etil asetat denganperbandingan 3:2. Crud bergerak
dan menimbulkan warna kuning. Pda botol 1,2 dan 3 tidak bergerak namun pada
botol 1 dan 2 timbul warna cream
7.
Pepaya
Pada kolom dipakai pelarut n-heksana dan
etil asetat dengan perbandingan 3:2 dan diperoleh hasil sebanyak 4 botol. Pada
botol yang pertama hasilo berwarna bening dan sampel belum turun. Pada botol
yang kedua berwarna kekuningan dan sampel mulai turun. Pada botol yang ketiga
dan keempat berwarna bening.
Pada TLC, digunakan pelarut n-heksana
dengan etil asetat dengan perbandingan 3:2. Hasil yang diperoleh ialah hanya
crud dan botol tiga yang noda sampelnya bergerak. Crudberwarna orange pudar dan
botol tiga berwarna cream. Sedangkan sisanya tidak bergerak, namun pada botol 2
dan4 berwarna cream pudar.
8.
Kentang
Pada kolom, pelarut yang digunakan adalah
Kloroform dan methanol dengan perbandingan 3:1. Hasil yang diperoleh sebanyak 4
botol. Dimana hasil pada botol pertama berwarna bening (setengah botol), pada
botol kedua berwarna kuning keruh (seperdelapan botol) dan pada botol ketiga
dan keempat berwarna bening.
Pada TLC, digunakan pelarut kloroform
dengan methanol dengan perbandingan 3:1. Hasilnya semua noda dan crud tidak
bergerak namun pada crud terdapat warna abu-abu kehitaman.
9.
Tomat
Pada kolom digunakan pelarut n-heksana
dengan etil asetat dengan perbandingan 3:1. Hasil yang diperoleh adalah
sebanyak 3 botol. Hasil pada botol yang pertamaberwarna bening, pada botol yang
kedua berwarna kemerahan dan botol yang ketiga berwarna bening. Pada TLC, semua
sampel tidak bergerak, namun pada sampel dari botol ketiga, terdapat warna
abu-abu.
10.Bunga Sepatu
Pada kolom, digunakan pelarut nheksana
denganetil asetat 3:1. Hasil yang diperoleh adalah sebanyak 3 botol dimana
hasil pada botol pertama berwarna bening, botol kedua berwarna keruh dan botol
ketiga berwarna keruh yang lebih pudar dari sebelumnya.
Pada TLC, digunakan pelarut yang sama
seperti kolom namun dengan perbandingan 3:2. Semua sampel termasuk crud tidak
bergerak, namun pada crud berwarna cream pudar.
IX.
Pertanyaan Pasca Praktikum
1.
Pada percobaan kromatografi kolom, dilakukan langkah impreknasi. Jelaskan yang
dimaksud
dengan Impregnasi?
2.
Berdasarkan pemisahan yang telah dilakukan, apa keunggulan TLC disbanding kromatografi
kolom?
3.
Apa tujuan dilakukannya TLC pada hasil yang didapat dari kromatografi kolom?
X.
kesimpulan
1.
Teknik dasar TLC yaitu penotolan cuplikan, pengembangan dan identifikasi
penampakan
noda
dan teknik dasar kromatografi kolom yaitu pengisian sampel, penyerapan dan
ekstraksi.
2.
Pembuatan plat pada kromatografi TLC yaitu dengan memomtong plat dengan panjang
5 cm
dan
lebar 3 cm serta diberi garis batas bawah dan atas dengan jarak 0,5 cm dari
plat.
Pembuatan kolom dilakukan dengan penyumbatan
oleh kapas dan memasukkan silica gel
hingga
padat dengan tinggi setengah dari kolom.
3.
Azas Penting dari kromatografi adalah bahwa senyawa yang berbeda mempunyai
koefisien
distribusi yang berbeda diantara fase diam dan
fase gerak.
XI.
Daftar Pustaka
·
Alimin dkk,
2007. Kimia Analitik. Makassar: Allaudin Press.
·
Gritter, Roy J,
dkk. 2011. Pengantar Kromatografi Edisi Kedua. Bandung: ITB.
·
Hendayana,
Sumar. 2006. Kimia Pemisahan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
·
Soebagio, dkk.
2009. Kimia Analitik II. Surabaya: Universitas Negeri Malang.
·
Yazid, Estien.
2005. Kimia Fisika Paramedis. Yogyakarta: Andi.
XII.
Lampiran Gambaran
Proses
kromatografi kolom sampel semangka
Proses impregnasi
Proses TLC
Macam-macam
ekstrak sampel yang digunakan yaitu 10 ekstrak sampel
Pemadatan
silika gel dengan cara mengketuk-ketuk kolom
Proses
kromatografi kolom pada sampel buah naga
This comment has been removed by the author.
ReplyDeleteSaya melisa (NIM 043) akan menjawab pertanyaan no 2. Keunggulan dari TLC dibanding dengan kromatografi kolom ialah pengerjaannya lebih cepat, kebutuhan bahan dapat disesuaikan dengan keperluan dan pemisahannya.
ReplyDeleteSaya sri lestari (A1C117041) akan menjawab pertanyaan no 1 yaitu Impregnasi memiliki banyak definisi tergantung pada penelitian yang dilakukan. Pada percobaan ini impregnasi didefinisikan sebagai proses penjeratan ekstrak sampel kedalam pori silica gel
ReplyDeletesaya brezza (055) akan menjawab no 3 Tujuan dilakukannya TLC adalah untuk mengetahui jenis dan kuantitas zat yang ada. Fraksi yang mengandung zat yang sama dapat digabungkan, lalu pelarutnya dihilangkan dan akhirnya zat dapat diperoleh dalam keadaan murni.
ReplyDelete